Nama Resmi | : | Kota Palu |
Ibukota | : | Palu |
Provinsi | : | Sulawesi Tengah |
Batas Wilayah | : | Utara: Berbatasan dengan Kecamatan Tawaeli dan Kecamatan Banawa Kab. Donggala dan Teluk PaluSelatan: Berbatasan dengan Kecamatan Sigi Biromaru dan Kecamatan Dolo Kab. Donggala.Barat: Timur: Berbatasan dengan Kecamatan Parigi Kabupaten Parimo. |
Luas Wilayah | : |
395,06 Km2
|
Jumlah Penduduk | : |
339.132 Jiwa
|
Wilayah Administrasi | : | Kecamatan: 4, Kelurahan: 43 |
Website | : | http://www.palukota.go.id
(Permendagri No.66 Tahun 2011)
|
Sejarah
Sejarah
Kota Palu | Sulwesi Tengah ~ Palu adalah “Kota Baru” yang letaknya di
muara sungai. Dr. Kruyt menguraikan bahwa Palu sebenarnya tempat baru
dihuni orang (De Aste Toradja’s van Midden Celebes). Awal mula
pembentukan kota Palu berasal dari penduduk Desa Bontolevo di Pegunungan
Ulayo. Setelah pergeseran penduduk ke dataran rendah, akhirnya mereka
sampai di Boya Pogego sekarang ini
Kota
Palu sekarang ini adalah bermula dari kesatuan empat kampung, yaitu :
Besusu, Tanggabanggo (Siranindi) sekarang bernama Kamonji, Panggovia
sekarang bernama Lere, Boyantongo sekarang bernama Kelurahan Baru.
Mereka membentuk satu Dewan Adat disebut Patanggota. Salah satu tugasnya
adalah memilih raja dan para pembantunya yang erat hubungannya dengan
kegiatan kerajaan. Kerajaan Palu lama-kelamaan menjadi salah satu
kerajaan yang dikenal dan sangat berpengaruh. Itulah sebabnya Belanda
mengadakan pendekatan terhadap Kerajaan Palu. Belanda pertama kali
berkunjung ke Palu pada masa kepemimpinan Raja Maili (Mangge Risa) untuk
mendapatkan perlindungan dari Manado di tahun 1868. Pada tahun 1888,
Gubernur Belanda untuk Sulawesi bersama dengan bala tentara dan beberapa
kapal tiba di Kerajaan Palu, mereka pun menyerang Kayumalue. Setelah
peristiwa perang Kayumalue, Raja Maili terbunuh oleh pihak Belanda dan
jenazahnya dibawa ke Palu. Setelah itu ia digantikan oleh Raja
Jodjokodi, pada tanggal 1 Mei 1888 Raja Jodjokodi menandatangani
perjanjian pendek kepada Pemerintah Hindia Belanda.
Berikut daftar susunan raja-raja Palu :
1. Pue Nggari (Siralangi) 1796 - 1805
2. I Dato Labungulili 1805 - 1815
3. Malasigi Bulupalo 1815 - 1826
4. Daelangi 1826 - 1835
5. Yololembah 1835 - 1850
6. Lamakaraka 1850 - 1868
7. Maili (Mangge Risa) 1868 - 1888
8. Jodjokodi 1888 - 1906
9. Parampasi 1906 - 1921
10. Djanggola 1921 - 1949
11. Tjatjo Idjazah 1949 – 1960
Setelah
Tjatjo Idjazah, tidak ada lagi pemerintahan raja-raja di wilayah Palu.
Setelah masa kerajaan telah ditaklukan oleh pemerintah Belanda,
dibuatlah satu bentuk perjanjian “Lange Kontruct” (perjanjian panjang)
yang akhirnya dirubah menjadi “Karte Vorklaring” (perjanjian pendek).
Hingga akhirnya Gubernur Indonesia menetapkan daerah administratif
berdasarkan Nomor 21 Tanggal 25 Februari 1940. Kota Palu termasuk dalam
Afdeling Donggala yang kemudian dibagi lagi lebih kecil menjadi Arder
Afdeling, antara lain Order Palu dengan ibu kotanya Palu, meliputi tiga
wilayah pemerintahan Swapraja, yaitu :
1. Swapraja Palu
2. Swapraja Dolo
3. Swapraja Kulawi
Pertumbuhan
Kota Palu setelah Indonesia merebut kemerdekaan dari tangan penjajah
Belanda kemudian Jepang pada tahun 1945 semakin lama semakin meningkat.
Dimana hasrat masyarakat untuk lebih maju dari masa penjajahan dengan
tekat membangun masing-masing daerahnya. Berkat usaha makin tersusun
roda pemerintahannya dari pusat sampai ke daerah-daerah. Maka
terbentuklah daerah Swatantra tingkat II Donggala sesuai peraturan
pemerintah Nomor 23 Tahun 1952 yang selanjutnya melahirkan Kota
Administratif Palu yang berbentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 1978.
Berangsur-angsur
susunan ketatanegaraan RI diperbaiki oleh pemerintah pusat
disesuaikannya dengan keinginan rakyat di daerah-daerah melalui
pemecehan dan penggabungan untuk pengembangan daerah, kemudian
dihapuslah pemerintahan Swapraja dengan keluarnya peraturan yang antara
lain adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 dan Undang-Undang Nomor 29
Tahun 1959 serta Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 Tentang Terbentuknya
Dati I Propinsi Sulteng dengan Ibukota Palu.
Dasar
hukum pembentukan wilayah Kota Administratif Palu yang dibentuk tanggal
27 September 1978 atas Dasar Asas Dekontrasi sesuai Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah. Kota Palu sebagai
Ibukota Propinsi Dati I Sulawesi Tengah sekaligus ibukota Kabupaten
Dati II Donggala dan juga sebagai ibukota pemerintahan wilayah Kota
Administratif Palu. Palu merupakan kota kesepuluh yang ditetapkan
pemerintah menjadi kota administratif.
Sebagai
latar belakang pertumbuhan Kota Palu dalam perkembangannya tidak dapat
dilepaskan dari hasrat keinginan rakyat di daerah ini dalam pencetusan
pembentukan Pemerintahan wilayah kota untuk Kota Palu dimulai sejak
adanya Keputusan DPRD Tingkat I Sulteng di Poso Tahun 1964. Atas dasar
keputusan tersebut maka diambil langkah-langkah positif oleh Pemerintah
Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan Pemerintah Dati II Donggala guna
mempersiapkan segala sesuatu yang ada kaitannya dengan kemungkinan Kota
Palu sebagai Kota Administratif. Usaha ini diperkuat dengan SK Gubernur
KDH Tingkat I Sulteng Nomor 225/Ditpem/1974 dengan membentuk Panitia
Peneliti kemungkinan Kota Palu dijadikan Kota Administratif, maka
pemerintah pusat telah berkenan menyetujui Kota Palu dijadikan Kota
Administratif dengan dua kecamatan yaitu Palu Barat dan Palu Timur.
Berdasarkan
landasan hukum tersebut maka pemerintah Kotif Palu memulai kegiatan
menyelenggarakan pemerintahan di wilayah berdasarkan fungsi sebagai
berikut :
a. Meningkatkan dan menyesuaikan penyelenggaraan pemerintah dengan perkembangan kehidupan politik dan budaya perkotaan.
b. Membina dan mengarahkan pembangunan sesuai dengan perkembangan sosial ekonomi dan fisik perkotaan.
c.
Mendukung dan merangsang secara timbal balik pembangunan wilayah
Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah pada umumnya dan Kabupaten
Dati II Donggala.
Hal ini berarti pemerintah wilayah Kotif Palu menyelenggarakan fungsi-fungsi yang meliputi bidang-bidang :
1. Pemerintah
2. Pembina kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya perkotaan
3. Pengarahan pembangunan ekonomi, sosial dan fisik perkotaan
Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 4 Tanggal 12 Oktober 1994, Mendagri Yogi S. Memet
meresmikannya Kotamadya Palu dan melantik Rully Lamadjido, SH sebagai
walikotanya. Kota Palu terletak memanjang dari timur ke barat disebelah
utara garis katulistiwa dalam koordinat 0,35 – 1,20 LU dan 120 – 122,90
BT. Luas wilayahnya 395,06 km2 dan terletak di Teluk Palu dengan
dikelilingi pegnungan. Kota Palu terletak pada ketinggian 0 – 2500 m
dari permukaan laut dengan keadaan topografis datar hingga pegunungan.
Sedangkan dataran rendah umumnya tersebut disekitar pantai.
Arti Logo
BINTANG BERSUDUT LIMA BERWARNA KUNING KEEMASAN Melambangkan rakyat Kota Palu menjunjung tinggi dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila
UNTAIAN PADI 27 BUTIR DAN RANGKAIAN BUNGA KAPAS 9 BUAH Melambangkan tanggal dan bulan lahirnya Kota Palu.
RUMAH ADAT SOU RAJA BERWARNA COKLAT MEMPUNYAI 12 TIANG DAN 10 ANAK TANGGA Menggambarkan tanggal dan bulan peresmian Kotamadya Daerah Tingkat II Palu dan sebagai tempat tinggal raja serta tempat bermusyawarah bagi wakil rakyat.
ALUR 2 GARIS LENGKUNG BERWARNA PUTIH Menggambarkan Kota Palu terdapat beberapa sungai,lembah serta letak geografis Kota Palu yang diapit 2 buah pegunungan.
GARIS OMBAK BERWARNA BIRU MUDA TERDIRI DARI 7 DAN 8 GELOMBANG Menggambarkan tahun kelahiran Kota Palu
GARIS VERTIKAL BERWARNA HIJAU MUDA 5 BUAH DI BAWAH PITA BERWARNA PUTIH BERTULISKAN “MALIU NTINUVU" Mengartikan Kota Palu merupakan Daerah Tingkat II yang ke 5 di Sulteng.
GARIS LURUS VERTIKAL BERWARNA HITAM Menggambarkan tekad yang kuat,kokoh dan tegar dalam melaksanakan pembangunan.
PITA BERWARNA PTUIH TERLETAK PADA TANGKAI PADI DAN KAPAS BERTULISKAN “MALIU NTINUVU" Bermakna mempersatukan semua unsur/potensi yang ada.
UNTAIAN PADI 27 BUTIR DAN RANGKAIAN BUNGA KAPAS 9 BUAH Melambangkan tanggal dan bulan lahirnya Kota Palu.
RUMAH ADAT SOU RAJA BERWARNA COKLAT MEMPUNYAI 12 TIANG DAN 10 ANAK TANGGA Menggambarkan tanggal dan bulan peresmian Kotamadya Daerah Tingkat II Palu dan sebagai tempat tinggal raja serta tempat bermusyawarah bagi wakil rakyat.
ALUR 2 GARIS LENGKUNG BERWARNA PUTIH Menggambarkan Kota Palu terdapat beberapa sungai,lembah serta letak geografis Kota Palu yang diapit 2 buah pegunungan.
GARIS OMBAK BERWARNA BIRU MUDA TERDIRI DARI 7 DAN 8 GELOMBANG Menggambarkan tahun kelahiran Kota Palu
GARIS VERTIKAL BERWARNA HIJAU MUDA 5 BUAH DI BAWAH PITA BERWARNA PUTIH BERTULISKAN “MALIU NTINUVU" Mengartikan Kota Palu merupakan Daerah Tingkat II yang ke 5 di Sulteng.
GARIS LURUS VERTIKAL BERWARNA HITAM Menggambarkan tekad yang kuat,kokoh dan tegar dalam melaksanakan pembangunan.
PITA BERWARNA PTUIH TERLETAK PADA TANGKAI PADI DAN KAPAS BERTULISKAN “MALIU NTINUVU" Bermakna mempersatukan semua unsur/potensi yang ada.
1. GAMBAR
BERBENTUK BUAH KELAPA DAN BELANGA Melambangkan kekayaan daerah, Sikap
terbuka masyarakat Kota Palu, mempersatukan semua unsur, serta
berfalsafah Pancasila.
2. GARIS LURUS VERTIKAL PEMISAH WARNA HIJAU DAN KUNING Melambangkan Kota Palu selalu membina rasa persatuan dan kesatuan
3. BAGIAN PINGGIR GAMBAR BERWARNA HITAM Melambangkan usaha melestarikan dan memelihara kebudayaan daerah
Nilai Budaya
Penduduk
asli di Palu adalah suku Kaili. Suku lainnya yang bisa dijumpai di Palu
adalah Bugis, Makassar, Jawa, Toraja, dan sebagainya. Suku India, China
dan Arab juga bisa dijumpai di kota yang indah ini.
Ciri khas orang Palu adalah sederhana, partisipatif, ramah dan suka menolong. Mereka juga suka tinggal secara berkelompok. Pakaian tradisional suku Kaili sangat bercorak yang menandakan bahwa mereka adalah orang yang sangat atraktif.
Pusat kegiatan bisnis ada di Palu sebagai ibukota propinsi. Itulah sebabnya mengapa penduduk di kota Palu lebih beragam dibandingkan daerah lain di Sulawesi Tengah. Namun, sebagian penduduk asli masih bermukim di daerah pegunungan. Mereka disebut orang "TOLARE". Para masyarakat unik ini masih menjaga cara hidup tradisional mereka. Penduduk di Palu memiliki satu filosofi hidup yang selalu mereka jaga dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Filosofi itu adalah NOSARARA NOSABATUTU yang berarti Bersama Kita Satu. Itulah gambaran kebersamaan untuk mencapai tujuan keberhasilan
Ciri khas orang Palu adalah sederhana, partisipatif, ramah dan suka menolong. Mereka juga suka tinggal secara berkelompok. Pakaian tradisional suku Kaili sangat bercorak yang menandakan bahwa mereka adalah orang yang sangat atraktif.
Pusat kegiatan bisnis ada di Palu sebagai ibukota propinsi. Itulah sebabnya mengapa penduduk di kota Palu lebih beragam dibandingkan daerah lain di Sulawesi Tengah. Namun, sebagian penduduk asli masih bermukim di daerah pegunungan. Mereka disebut orang "TOLARE". Para masyarakat unik ini masih menjaga cara hidup tradisional mereka. Penduduk di Palu memiliki satu filosofi hidup yang selalu mereka jaga dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Filosofi itu adalah NOSARARA NOSABATUTU yang berarti Bersama Kita Satu. Itulah gambaran kebersamaan untuk mencapai tujuan keberhasilan
0 komentar:
Posting Komentar